Beberapa hari terakhir, Pemerintah Kota Yogyakarta melalui Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) telah menertibkan ratusan reklame bermuatan politik yang mengarah pada pencalonan dalam Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada). Sebelum reklame-reklame ini diturunkan, saya berkesempatan untuk menganalisa dan mempelajari beberapa pesan kampanye dari beberapa figur yang muncul dalam konstelasi Pilkada Kota Yogyakarta dari perspektif marketing dan branding politik. Dari berbagai poster, reklame, dan baliho yang muncul, salah satu yang menarik perhatian saya adalah baliho milik Sri Widya Supena.
Dalam kampanye politik, desain baliho memainkan peran krusial dalam membangun keterkenalan, popularitas, likeabilitas, dan elektabilitas seorang kandidat. Baliho Sri Widya Supena yang baru-baru ini dipasang di Yogyakarta memberikan banyak bahan untuk analisis dari perspektif branding dan marketing politik yang menarik.
Sri Widya Supena merupakan salah satu kandidat dalam Pemilihan Kepala Daerah Kota Yogyakarta 2024. Pemilih pada gelaran ini didominasi oleh generasi muda, dengan 144.193 dari 321.645 data pemilih tetap (DPT) adalah generasi milenial dan generasi Z. Sebagai kandidat yang bertujuan menarik perhatian pemilih muda, strategi komunikasi visual dan branding menjadi sangat penting.
Analisis Semiotik Desain Kampanye
Baliho Sri Widya Supena dengan slogan “Bikin Jogja Makin Happy” menggunakan latar belakang biru cerah yang diasosiasikan dengan kepercayaan, keamanan, dan profesionalisme. Penggunaan emoji dalam desain ini menambah sentuhan kontemporer yang dapat menarik perhatian generasi muda. Secara semiotik, warna biru dipadukan dengan emoji tersenyum mampu membangkitkan perasaan positif dan kepercayaan, sementara tipografi besar dan tebal memastikan keterbacaan yang baik dari jarak jauh. Slogan “Bikin Jogja Makin Happy” sederhana namun kuat, mengkomunikasikan tujuan kandidat untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Namun, meskipun positif, kelemahan ini juga dapat dianggap sebagai kekurangan, karena tidak memberikan detail spesifik tentang cara mencapai tujuan tersebut.
Baliho dengan slogan “Meski Gundul Siap Nyalon” memanfaatkan pendekatan yang berbeda dengan menggunakan humor dan kejujuran sebagai daya tarik utama. Gambar Sri Widya Supena yang dengan santai menampilkan kepala gundulnya menunjukkan kepercayaan diri dan keberanian untuk menonjolkan keunikan pribadi. Slogan ini lebih personal dan berpotensi menciptakan kedekatan emosional dengan pemilih. Namun, seperti halnya dengan baliho “Bikin Jogja Makin Happy,” penggunaan humor dan pendekatan yang kasual bisa saja tidak cocok bagi pemilih yang lebih konservatif atau mengharapkan keseriusan dalam kampanye politik.
BACA JUGA : WAWAN HARMAWAN: Antara Branding “Jogja Bersih” dan Tantangan Politik Yogyakarta
Analisis Aset Visual Kampanye
Aset visual kampanye Sri Widya Supena mencerminkan pemahaman yang baik tentang tren budaya saat ini. Gambar kandidat yang tampak ramah dengan pakaian santai dan senyuman, baik dalam baliho “Bikin Jogja Makin Happy” maupun “Meski Gundul Siap Nyalon,” memanusiakan kandidat dan membuatnya lebih relatable. Ini adalah strategi yang efektif dalam membangun koneksi emosional dengan pemilih. Konsistensi dalam skema warna dan tipografi di seluruh elemen kampanye sangat penting untuk pengingatan merek. Namun, penggunaan emoji dan humor yang inovatif ini bisa dianggap kurang serius oleh segmen pemilih yang lebih tua atau konservatif, yang mungkin melihatnya sebagai tanda ketidakmatangan atau kurangnya keseriusan.

Daya Tarik Visual
Latar belakang biru cerah pada baliho “Bikin Jogja Makin Happy” dan penggunaan warna biru dengan tambahan bintang pada baliho “Meski Gundul Siap Nyalon” langsung menarik perhatian. Warna biru yang sering kali diasosiasikan dengan kepercayaan dan keamanan, membantu dalam membangun citra yang positif dan profesional. Namun, penggunaan emoji dan humor dalam kedua baliho ini, meskipun bisa menarik demografi yang lebih muda, juga harus dievaluasi dengan hati-hati untuk memastikan bahwa elemen-elemen ini tidak mengurangi kredibilitas kampanye di mata pemilih yang lebih konservatif.
BACA JUGA : Pemasaran Politik: Ketika Calon Pemimpin Menjadi Brand
Kejelasan Pesan
Slogan “Bikin Jogja Makin Happy” memberikan pesan yang jelas dan mudah diingat, yang merupakan keunggulan utama. Namun, kelemahannya adalah kurangnya detail tentang bagaimana kebahagiaan tersebut akan diwujudkan. Di sisi lain, slogan “Meski Gundul Siap Nyalon” menunjukkan pendekatan yang lebih personal dan humoris, yang dapat menciptakan kedekatan emosional dengan pemilih. Keduanya memiliki kelebihan dalam menciptakan daya tarik visual yang kuat, tetapi perlu diimbangi dengan pesan yang lebih mendalam dan serius untuk memastikan bahwa kampanye tetap relevan dan diterima oleh seluruh segmen pemilih.
Gambar dan Tipografi
Gambar kandidat yang terlihat ramah dan approachable dalam kedua baliho ini membantu memanusiakan kandidat. Ini adalah elemen penting dalam branding politik, karena membuat kandidat tampak lebih relatable dan dapat dipercaya. Tipografi yang digunakan besar, tebal, dan jelas, memastikan bahwa pesan bisa terbaca dengan baik dari jarak jauh, yang sangat penting untuk baliho yang sering dilihat oleh orang-orang yang bergerak cepat.
Konsistensi Merek
Konsistensi adalah kunci dalam branding, dan baliho ini mempertahankan skema warna dan tipografi yang seragam, yang penting untuk menciptakan kesan yang tahan lama di pikiran pemilih. Konsistensi dalam elemen desain ini membantu dalam membangun citra dan identitas kandidat, yang pada keturunan meningkatkan identitas merek kandidat di antara pemilih.

Dampak Psikologis dan Relevansi Budaya
Penggunaan warna biru, wajah tersenyum, dan emoji pada baliho “Bikin Jogja Makin Happy,” serta pendekatan humor dalam baliho “Meski Gundul Siap Nyalon,” dirancang untuk membangkitkan emosi positif yang dapat mempengaruhi persepsi pemilih secara bawah sadar. Namun, elemen-elemen ini harus digunakan secara seimbang agar kampanye tetap terlihat serius dan kredibel. Selain itu, penggunaan elemen desain modern seperti emoji dan humor menunjukkan bahwa kandidat peka terhadap tren budaya saat ini, yang dapat meningkatkan daya tariknya di kalangan pemilih muda.
BACA JUGA : Strategi Branding Politik 2024: Relawan Milenial dan Pemasaran Targeted di Era Digital
Kesimpulan
Secara keseluruhan, desain dan pesan komunikasi dari kedua baliho Sri Widya Supena menunjukkan pendekatan yang modern dan strategis dalam branding politik. Dengan beberapa penyesuaian dan peningkatan, baliho ini bisa menjadi alat yang sangat efektif dalam meningkatkan keterkenalan dan dukungan bagi kandidat. Penggunaan elemen desain yang relevan dengan budaya dan tren saat ini, serta penguatan pesan yang lebih spesifik, akan membantu Sri Widya Supena dalam membangun citra politik yang kuat dan efektif.
Sebagai catatan tambahan, analisa ini merupakan opini saya pribadi dan tidak memiliki tendensi atau dukungan politik terhadap kandidat tertentu. Semua pandangan yang disampaikan bertujuan untuk memberikan wawasan yang objektif dan mendalam tentang strategi branding dan pemasaran politik. Untuk pemahaman lebih mendalam tentang identitas visual yang efektif dalam kampanye politik.